Berantem terus, tapi kok awet? Ah... mungkin tipe perkawinannya memang cocok.
Boleh jadi Anda terheran-heran, si A dan si B yang selama ini kelihatannya selalu mesra ternyata perkawinan mereka bubar di tengah jalan hanya setelah 3 tahun menjalani biduk perkawinan. Sementara pasangan lain, sebut saja Bu C dan Pak D yang terkenal hobi ribut ternyata malah merayakan ulang tahun ke-30 perkawinan mereka. Apa yang menyebabkan kedua pasangan suami istri tadi memiliki rentang usia perkawinan yang berbeda?
Jawaban dari pertanyaan tersebut terpulang pada alasan/pertimbangan mengapa dulu mereka memilih pasangan masing-masing. Jawabannya pasti berbeda-beda. Ada yang menikah dengan alasan ekonomi agar kelangsungan hidupnya secara finansial terjamin. Tak heran kalau ada banyak orang yang pertimbangan utamanya adalah kekayaan calon pasangan.
Ada juga pertimbangan lain, seperti ingin mendapat keturunan, demi status sosial, atau semata-mata demi cinta dan sebagainya. Namun alasan yang paling mendasari keputusan seseorang untuk menikah umumnya adalah untuk memiliki teman hidup yang dicintai (companionship). Tujuan ini membuat yang bersangkutan merasakan kebahagiaan hidup bila menemukan kepuasan dalam relasi perkawinannya. Sayangnya, tidak semua orang yang memiliki tujuan tadi mampu meraihnya dengan cara serupa dan dalam tingkat pencapaian yang relatif sama pula. Hal ini ditentukan oleh pola hubungan mereka dalam perkawinan yang selanjutnya disebut tipe perkawinan.
Cuber & Harroff secara khusus mengadakan survei terhadap 100 pasangan yang telah menikah lebih dari 5 tahun dan perkawinan mereka tidak dirundung masalah serius yang diperkirakan berakhir dengan perceraian. Perkawinan mereka umumnya termasuk dalam kategori puas dan stabil, memiliki komitmen yang kuat terhadap perkawinan meski kadang-kadang menghadapi konflik, ketidaksepakatan dan pertengkaran yang mengundang stres. Sebaliknya, perkawinan yang berakhir dengan perceraian atau dililit masalah pelik biasanya memiliki relasi yang tidak memuaskan dan tak stabil yang ditandai dengan adanya konflik berkelanjutan dan keinginan saling menyakiti.
Nah, berdasarkan studi tadi, Cuber & Harroff lantas mengklasifikasi pasangan-pasangan tersebut dalam tipe-tipe perkawinan conflict habituated, devitalized, passive-congenial, utilitarian, vital, dan total. Apa dan bagaimana masing-masing tipe perkawinan tadi, ikuti ulasan selanjutnya dari Dra. M.M.Nilam Widyarini, M.Si.sebagai narasumber kami.
PENYESUAIAN DIRI
Dengan mengamati relasi Anda dalam perkawinan untuk kemudian mencocokkannya dalam tipe-tipe yang disebutkan di atas, bukan berarti kita lantas pesimis bila ternyata tipe perkawinan kita cenderung rawan konflik. Justru sudah saatnya kedua belah pihak introspeksi diri guna mengupayakan kebahagiaan perkawinan yang telah mereka bina. Di antaranya Kesediaan menerima hal yang kurang mengenakkan kesediaan menyesuaikan peran, menyesuaikan komunikasi saat konflik, menyesuaikan diri dalam kehidupan seks, sekaligus keberanian mengantisipasi perubahan-perubahan. Bukankah setiap orang pada dasarnya memiliki dinamika tersendiri alias selalu berubah?
TIPE-TIPE PERKAWINAN
1. Conflict-habituated
Tipe conflict-habituated boleh dibilang sebagai "partner in crime". Tipe ini adalah tipe pasangan yang jatuh dalam kebiasaan mengomel dan bertengkar tiada henti. Kebiasaan ini menjadi semacam "jalan hidup" bagi mereka. Tak heran kalau secara konstan mereka selalu menemukan ketidaksepakatan. Dengan kata lain, stimulasi perbedaan individu dan konflik justru mendukung kebersamaan pasangan tersebut.
2. Devitalized
Tipe hubungan devitalized merupakan karakteristik pasangan yang sekali waktu dapat mengembangkan rasa cinta, menikmati seks, dan satu sama lain saling menghargai. Namun mereka cenderung merasakan kehampaan hidup perkawinan kendati tetap berada bersama-sama. Soalnya, kebersamaan mereka lebih karena dorongan demi anak atau citra mereka dalam komunitas masyarakat. Menariknya, pasangan tipe ini tak merasa dirinya maupun perkawinannya tidak bahagia. Mereka berpikir bahwa kondisi saat ini merupakan hal biasa setelah berlalunya tahun-tahun penuh gairah. Ironisnya, tipe perkawinan inilah yang paling banyak ditemukan dalam masyarakat mana pun.
3. Passive-congenial
Pada dasarnya pasangan tipe passive-congenial memiliki kesamaan dengan pasangan tipe devitalized. Hanya saja kehampaan yang dirasakan telah berlangsung sejak awal perkawinan. Boleh jadi karena perkawinan seperti ini biasanya berangkat dari berbagai pertimbangan ekonomis atau status sosial dan bukannya relasi emosional. Seperti halnya pasangan tipe devitalized yang minim keterlibatan emosi, pasangan passive-congenial juga tidak terlalu berkonflik, namun kurang puas menjalani perkawinannya. Dalam keseharian, pasangan-pasangan tipe ini lebih sering saling menghindar dan bukannya saling peduli.
4. Utilitarian
Berbeda dengan tipe-tipe lain, tipe utilitarian lebih menekankan peran ketimbang hubungan. Misalnya, peran sebagai ibu, sebagai ayah ataupun peran-peran lain. Terdapat perbedaan sangat kontras bila dibandingkan dengan tipe vital dan total yang bersifat intrinsik, yaitu mengutamakan relasi perkawinan itu sendiri.
5. Vital
Cirinya, pasangan suami-istri terikat satu sama lain, terutama oleh relasi pribadi antara yang satu dengan yang lain. Di dalam relasi tersebut, satu sama lain saling peduli untuk memuaskan kebutuhan psikologis pihak lain. Mereka berdua pun saling berbagi dalam melakukan berbagai aktivitas kendati masing-masing individu memiliki identitas kepribadian yang kuat. Yang mengesankan, komunikasi mereka mengandung kejujuran dan keterbukaan. Kalaupun mengalami konflik biasanya lantaran ada hal-hal yang sangat penting. Untungnya, baik suami maupun istri saling berupaya menyelesaikannya dengan cepat dan bijak. Tentu saja tipe ini merupakan tipe relasi perkawinan yang paling memuaskan. Tak heran kalau tipe ini paling sedikit persentasenya dalam masyarakat.
6. Total
Tipe ini memiliki banyak kesamaan dengan tipe vital. Bedanya, pasangan ini sedemikian saling menyatu hingga menjadi "sedaging" (one flesh). Mereka selalu dalam kebersamaan secara total yang meminimalkan adanya pengalaman pribadi dan konflik. Akan tetapi tidak seperti pasangan tipe devitalized, kesepakatan di antara mereka biasanya dibangun demi hubungan itu sendiri. Sayangnya, tipe perkawinan seperti ini sangat jarang.
{ 0 comments... Views All / Send Comment! }
Post a Comment